Oleh
: Soleh Wahyudi, SST
Widyaiswara
Pertama Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Binuang
Kalimantan
Selatan
Persepsi :
merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu suatu stimulus
yang diterima oleh individu melalui alat reseptor yaitu indera. Alat indera
merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya. Persepsi merupakan
stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan kemudian
diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang
diindera. Persepsi juga didefinisikan sebuah proses saat individu mengatur dan
menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi
lingkungan mereka. Perilaku individu seringkali didasarkan pada persepsi mereka
tentang kenyataan, bukan pada kenyataan itu sendiri. Faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu Faktor Internal dan
Faktor Eksternal.
1.Faktor Internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu
faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, yang mencakup beberapa hal
antara lain : (1) Fisiologis (2) Minat. (3) Kebutuhan yang searah. (4)
Pengalaman dan ingatan (5) Suasana hati.
2.Faktor Eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan
karakteristik dari linkungan dan obyek-obyek yang terlibat didalamnya.
Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia
sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseoarang merasakannya atau menerimanya.
Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah :
Menurut Undang-Undang No 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan,
definisi pemuda adalah "Warga Negara Indonesia yang memasuki periode
penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30
(tiga puluh) tahun". Jadi, Warga Negara Indonesia yang dikategorikan
sebagai pemuda adalah warga negara yang berusia antara 16-30 tahun. Pemuda Indonesia
di tahun 2013 ini berjumlah kurang lebih 63 juta, atau sekitar 27 persen dari
proyeksi jumlah penduduk Indonesia tahun 2013 sebesar 242 juta. Suatu potensi
yang sangat besar dan sangat potensial untuk menggerakkan roda pembangunan
bangsa dan negara.
Mereka yang
digolongkan sebagai pemuda adalah tenaga yang produktif. Tenaga produktif
inilah yang berperan sebagai "mesin" penggerak lajunya roda
pembangunan bangsa dan negara. Tenaga produktif inilah yang mempunyai potensi
energi yang sangat besar untuk menciptakan sesuatu yang baru dan mengembangkan
sesuatu yang sudah ada. Pemuda perlu dididik dan dibina, agar potensi yang
dimilikinya dapat menghasilkan kontribusi yang positif bagi pembangunan
nasional. Oleh sebab itu, pemuda merupakan aset yang paling berharga dari suatu
bangsa.
Apalah
artinya sumber daya alam atau kekayaan negara yang berlimpah-limpah apabila di
kemudian hari tidak ada generasi penerus yang dapat mengelolanya. Sebagai
pemuda, generasi penerus bangsa harus menyadari hal ini. Semakin cepat kita
sadari, semakin baik. Semakin banyak pemuda berkarya sejak dini, semakin baik.
Setiap pemuda mempunyai potensi dasar untuk dapat
berkontribusi bagi bangsa dan negara. Telah banyak contoh yang dapat kita tiru,
pemuda yang telah sukses dan berprestasi di bidang ilmiah, kewirausahaan,
pembangunan lingkungan, konservasi alam, dan lain sebagainya. Tidak semua
pemuda yang telah sukses tersebut mempunyai latar belakang pendidikan yang
tinggi, oleh sebab itu tidak perlu berkecil hati. Dengan bermodalkan ketekunan
dan motivasi yang tinggi untuk mewujudkan impian dan cita-cita, kita dapat
meraih kesuksesan dan prestasi.
Selain
ketekunan dan motivasi yang tinggi, kita juga harus selalu mempunyai pemikiran
yang positif. Pemikiran yang positif akan selalu memandang suatu permasalahan
sebagai sebuah tantangan yang perlu ditemukan solusi terbaiknya. Pemikiran yang
positif juga akan selalu memandang suatu persoalan itu selalu mempunyai sisi
positif yang bermanfaat bagi dirinya atau orang lain.
Karakter
pemuda yang selalu berpikiran positif memunculkan energi yang positif pula.
Jika energi positif tersebut diselaraskan dengan sifat pemuda yang dinamis
dapat menghasilkan suatu kontribusi yang positif. Diharapkan dari kita sebagai
pemuda yang menjadi tulang punggung bangsa dan negara ini, dapat memberikan
kontribusi positif dalam bentuk apapun. Implementasi dari kontribusi positif
itu bisa kita mulai dari lingkungan di sekitar kita. Kita tunjukkan bahwa kita
mampu menjadi seseorang yang berguna, bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan
negara. Perlu semangat dan kerja keras agar dapat menekuni apapun yang kita
kerjakan. Selain itu, kita perlu lebih jeli dalam mendapatkan kesempatan dan
peluang untuk maju. Dari kesempatan dan peluang yang kita dapat, bisa kita
jadikan batu lompatan untuk mengembangkan kualitas diri kita dalam memberikan
kontribusi yang positif. Sehingga dapat disimpulkan pemikiran positif akan
menghasilkan energy positif, dan sebaliknya energy negative akan menghasilkan
yang negative.
Lantas bagaimana peran pemuda (desa) terhadap pertanian?
Perkembangan zaman yang menyebabkan pembangunan disana-sini tak pelak
menimbulkan residu-residu pembangunan berupa masyarakat yang termarjinalkan
secara sosial maupun ekonomi. Para petani yang tadinya memiliki sawah banyak
yang menjualnya karena adanya alih fungsi sawah (150.000 hektar/tahun) menjadi
infrastriktur jalan maupun industri, adanya land grabbing serta himpitan
ekonomi membuat makin banyak petani yang lahannya makin sempit bahkan tidak
memiliki lahan yang selanjutnya kemiskinan pun menghinggapi mereka yang banyak
bekerja di sektor pertanian, per Maret 2010 (BPS) penduduk miskin di desa
mencapai 64,2% dari total 31,02 juta jiwa penduduk miskin di Indonesia.
Potensi
pertanian di Indonesia sebenarnya sangat besar, tapi hal ini hampir tidak
terlihat, karena tertutupi dengan kegiatan impor bahan-bahan pangan dan produk
pertanian lainnya yang sangat besar, misal dari Thailand dan Vietnam, padahal
Indonesia mempunyai luasan wilayah yang lebih dibanding kedua Negara ini.
Artinya kekayaan alam Indonesia yang sangat besar ini belum dimanfaatkan secara
optimal. Dan alasan terbesar yang menjadi penyebab belum optimalnya pemanfaatan
potensi ini adalah SDM Indonesia itu sendiri. Selain itu masih banyak
beranggapan hal-hal yang berkaitan dengan barang-barang impor itu lebih
berkualitas, padahal tidak semua pendapat itu benar. Misalnya durian dari
Thailand, dll.
Perkembangan
tenaga kerja Subsektor Pertanian menunjukkan bahwa berdasarkan umur dan
Subsektor pada tahun 2014 yang paling tinggi pada kelompok umur 30th-44th
sebanyak 12,63 juta orang dan yang paling sedikit pada kelompok umur >60
sebanyak 4,98 juta orang. Hal ini memperlihatkan bahwa struktur kelompok umur
masih didominasi oleh tenaga kerja produktif (umur 15th – 59 th). Apabila
tenaga kerja tenaga kerja dikelompokan menjadi generasi muda dan generasi tua
maka perbandingannya pada tahun 2012 adalah 18% generasi muda dan 82% generasi
tua.
Rendahnya
presentase para generasi muda tani ini dikarenakan persepsi mereka tentang
hasil dari pertanian kurang menjanjikan di mata mereka, dan pertanian hasilnya
tidak dapat dinikmati langsung, butuh waktu untuk menunggu dan yang terlebih
petani terkesan kumuh. Belum lagi kondisi desanya yang jauh dari infrastruktur
memadai, membuat mereka hengkang dari desanya untuk merantau kepekerjaan yang
dianggap lebih layak dan cepat menghasilkan.saat ini kebanyakan tenaga-tenaga
di lading/sawah kalangan usia 40 tahun ke atas, dan menurut penuturan beberapa
tokoh masyarakat banyak pemuda dan warga yang merantau, bahkan saking lamanya
rumah-rumah yang ditinggalkan dibiarkan roboh dimakan usia. Pendapat ini juga
diperkuat dengan data statistik mengenai angka urbanisasi diperkotaan besar
yang semakin meningkat, misalnya Jakarta, Surabaya, Bandung dan kota kota
besar lain di Indonesia.
Gambaran
diatas menjadikan salah satu factor yang melemahkan Negara Indonesia yang masih
menyandang nama sebagai Negara Agraris. Salah satu hal yang sederhana yang
perlu dilakukan adalah menanamkan kepada putra-putri kita yang dimulai sejak
dini utuk mengenal dunia pertanian, mencintai dan bahkan menggeluti dunia
pertanian. Karena sangat jarang ditemui orang tua yang menginginkan anaknya
jadi petani, sehingga dari kecil hingga pendidikan tinggi bahkan mencari pekerjaan
pun “didikte” orang tua untuk menjadi yang lebih dari sekedar petani, termasuk
bagi orang tua yang petani sekalipun, sehingga pertanian terkesan sebagai
pekerjaan terakhir apabila pekerjaan yang lain tidak didapatkan.
Dengan
gambaran tersebut diatas maka suatu tantangan terbesar dimasa mendatang adalah
membentuk Sumberdaya Manusia Pertanian yang tangguh, dan tidak goyah terhadap
godaan persepsi kebanyakan pemuda perdesaan saat ini yang menganggap bekerja
diperkotaan itu menjanjikan, tapi menekuni warisan dan julukan atas negri ini
sebagai Negara agraris. Negara yang kuat adalah Negara yang mempunyai ketahanan
pangan yang kuat.tentunya tantangan ini adalah tugas semua pihak yang dimulai
dari lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat hingga pemerintah.
___________________________________________________
REFERENSI
http://www.datastatistik-indonesia.com/
Proyeksi Jumlah Pemuda Indonesia,
http://kppo.bappenas.go.id/files/-1-Proyeksi Jumlah Pemuda.pdf
Proyeksi Jumlah Penduduk Indonesia, http://www.datastatistik-indonesia.com/proyeksi/index.php?option=com_proyeksi&task=show&Itemid=941
Source : http://bbppbinuang.info/news54-persepsi-pemuda-di-perdesaan-dan-pertanian-masa-depan.html
Nama : Prima Christina
Nim : 13808